Tuesday, December 9, 2008

One little word, huge power.

Possesive. One little word, huge power. 

Gue termasuk orang yang sangat menghindari hal ini terjadi dalam hubungan gue dengan siapapun. Karena lucunya satu kata ini bukan cuma berlaku dlm hubungan antara cowok dan cewek yang pacaran tapi bisa antar sahabat, brothers-sisters juga orang tua-anak.

"Love is like sand. If we hold onto it too tight, it might slip away."

Alasan di balik sebuah keposesifan adalah cinta (yang somehow menurut gue, lost in translation), dan takut kehilangan. 
"Sayang, kamu harus ngerti, aku gak mau kamu dateng ke reunian sma kamu itu karena aku gak mau kehilangan kamu. Disana kan pasti banyak cewek2 cantik dan ada mantan kamu lagi."
or,
"Gue cuma gak mau liat adek gue sakit hati lagi.. Gue yakin banget dia itu brengsek."
or,
"Mama gak mau kamu bergaul sama anak2 gak bener. Mulai besok kamu berenti les piano disitu ya, kamu les di rumah aja."
Or other silly reasons.

In relationships gue yakin gue bukan tipe pacar yang posesif. Gue gak mau terlalu memaksa sesuatu untuk berjalan tidak alami, alias gue terlalu mengatur. Pasangan gue juga manusia, punya otak, punya rencana, punya impian, dan gue pengen memberi dia space untuk berkembang sendiri tanpa campur tangan terlalu banyak dari gue. 
Kalo masalah kepercayaan, gue selalu memberi kepercayaan kepada dia dan menegaskan the standard things I want in relationships dari awal seperti it's never good to call your ex when you're having fight with your girlfriend, etc. 
Kalo dia "nakal" di belakang gue dengan semua kepercayaan yang gue kasih ya too bad. Sakit dan sedih pastinya dikhianati, but it's his lost anyway :p

Kalo dalam hubungan orangtua-anak, gue sgt beruntung karena orang tua gue cukup demokratis selama masa remaja gue, and I can never thank them enough for that. Huhuhu...
Ada masa2 dimana gue membuat mereka khawatir setengah mati dengan jalan yang gue pilih, kenakalan remaja yang gue lakukan, kebohongan demi kebohongan untuk menutupi kesalahan gue, boys that I dealt with. But I'm very sure mereka juga berusaha setengah mati buat tetep menaruh kepercayaan kepada gue walaupun gue mengecewakan mereka berkali2, and I grow from the mistakes that I did. Semua itu adalah pelajaran paling berharga yang gak bakal gue dapetin di sekolah terbagus manapun.

Kalo buat Inara, hmm.. Gue cuma bisa berencana gue mau jadi seorang Bunda yang seperti apa, tapi watak anak pastinya beda2, jadi pasti gue & Bayu bakal terus bongkar-pasang along the way hohoho..
Bismillah aja.... :)

3 comments:

melur said...

i think my mother is possesive. and oppositely, i grow into a rebellion and defensive person. if it wasn't because of my job in a magazine, i wouldn't live in jakarta.

Indah Puspita Rani said...

kadang gw pikir..

posesif itu bawaan..

biasanya orng yang posesif itu yang suka parnoan..

pernah terlibat sama cowok posesif.. humm.. mungkin lo tau orangnya cha.. :p

dan itu lebih ke.. sifat.. bisa sih sebenernya diusahain truss.. sampe ngerubah kebiasaan2 gw jugaa..
tapii..
pada dasarnya gw sama sekali tidak pernah dibesarkan dalam keadaan keluarga yang posesif... jadinyaa.. susah... lalu gagal..

kalo keluarga..
kesannya bebas sih.. gak terikat asalkan ngerjain kewajiban2 aja..

Sara Sherlini Febriajie said...

* yuy : aku bingung mau comment apa. huhu. hope everything goes well for you my dear.. ;*

* ndah : kalo gue tau ya siapa lagi ya kaaan.. :p posesif itu halal2 aja sebenernya, asal tahan aja yg di-posesifin, gue punya temen yg suka diposesifin, katanya dia berasa di atas angin aja krn pacarnya ga mau kehilangan dia. hihi..
gue jg pnh ndaaah 2x pacaran sm yg model posesif, tapi ga tahaaaannn... nangis mulu bawaannya, kayak ga bisa "napas" huhuh.
emang beda2 lah ndah persepsi org ttg beginian. cuma gue salah satu yg nggak suka posesif & nggak suka diposesifin aja..